Sunday, 7 August 2016

Pokemon Go

Sejak bahkan sebelum dirilisnya Pokemon Go di Indonesia pada 06 Agustus 2016 yang lalu, banyak diantara kita yang sudah mengunduh aplikasi tersebut dan mulai mencari-cari Pokemon. Hanya rilis dua hari, namun kehidupan sekitar sudah banyak terasa berubah.

Pada saat makan, mandi, berkumpul bersama teman, jalan-jalan ke Mall, bahkan pergi ke tempat ibadah sekalipun kita terus menggenggam gadget dan mencari Pokemon.

Sebagai seorang Umat Buddha, apa yang harus kita lakukan?

Bagi sebagian orang, tentu rasa penasaran akan permainan yang lagi "booming" ini akan sulit diatasi. Seolah-olah kita akan ketinggalan zaman jika tidak memulai bermain.

Selalu ada dampak positif maupun negatif dari sebuah permainan. Seperti yang diberitakan, permainan ini dikatakan pembaruan karena pemainnya perlu keluar rumah dan memainkannya di dunia nyata sehingga mereka tidak perlu menatap televisi terus menerus. Permainan ini juga dianggap lebih sehat karena dimainkan oleh banyak orang yang bisa berinteraksi dengan masing-masing pemain.

Benar! Kita memang tidak menatap televisi terus menerus, karena yang sekarang kita tatap terus adalah gadget kita. Bahkan nyawa pun bisa kita ikhlaskan. Apa yang kita lihat sekarang, secara sadar atau tidak sadar, kita semakin menjauhi kehidupan sosial dan menuju ke kehidupan yang mengurangi tingkat kesadaran.

Selama ada smartphone, kita lebih jarang berbicara dengan keluarga ataupun teman dan cenderung menghabiskan 60% waktu dalam satu hari hanya untuk bermain smartphone, sisa 30% waktu untuk tidur dan 10% kita habiskan dalam perjalanan.

Berkat adanya Pokemon Go ini, bahkan waktu 10% untuk perjalanan pun kita habiskan pada smartphone/gadget yang sudah dilengkapi dengan Pokemon Go. Bagi mereka yang cukup bijaksana, akan berpikir dua tiga kali sebelum memulai permainan ini.

Mengapa? Karena memenuhi keinginan "Aku" akan membawa kita kepada "Kemelekatan". Yang secara tidak sadar dan perlahan-lahan meningkatkan nafsu keinginan kita.

Sang Buddha pernah bersabda: "Makhluk-makhluk yang terjerat pada keinginan, meronta-ronta seperti kelinci yang terperangkap oleh pemburu. Mereka yang terjerat dalam belenggu dan ikatan bathin, niscaya mengalami penderitaan berulang-ulang dalam jangka waktu yang lama."

Demikian juga dengan kita, yang melekat pada sesuatu akan meronta-ronta untuk menemukan yang diinginkan, jika tidak menemukan si Pokemon, penderitaan akan muncul.

Jadi, bagi yang belum memulai kemelekatan ini, semoga tidak mencoba memulai. Namun bagi yang sudah memulai kemelekatan ini, semoga bisa segera tercerahkan.

Ratiyā jāyati soko, ratiyā jāyati bhayaṁ
Ratiyā vippamuttassa, natthi soko kuto bhayaṁ
Dari kemelekatan timbul kesedihan, dari kemelekatan timbul ketakutan. 
Bagi orang yang telah bebas dari kemelekatan, tidak ada lagi kesedihan maupun ketakutan.

(Dhammapada 214)

0 comments:

Post a Comment